Lewati navigasi

Yeah, …my first book! Hehe joking! Ini adalah mock up (dari kemarin saya menyebut kata ini, tapi belum mengecek apa artinya) yang saya buat untuk mencoba menawarkan diri menjadi desainer covernya Penerbit Bentang. Alih-alih mengirimkan lamaran biasa yang berisi surat dalam selembar HVS A4, saya membuatnya seperti buku beneran. Di dalamnya baru saya isi dengan resume dan CD portfolio. Saya tahu ini tidak sesuai dengan hal yang diharapkan, yaitu “harap mengirimkan surat lamaran…”, tapi saya cukup puas dengan hasilnya.

 

Studi kasus Klinik Hewan “Lautan Satwa” Magelang.

Pada mulanya klien menginginkan sebuah desain untuk identitas pada mobil operasional klinik. Mobil yang ditempeli identitas nama usaha (di Jogja dikenal dengan branding mobil), adalah cara yang cukup populer untuk mempromosikan produk / jasa. Media ini tepat untuk layanan yang ruang lingkupnya terjangkau oleh kendaraan tersebut. Dan memang konsumen potensial Lautan Satwa adalah para pemilik hewan peliharaan di Magelang.

Dari brief yang singkat, eksekusinya adalah stiker yang dipasang di kaca belakang mobil operasional Lautan Satwa. Desainnya menonjolkan nomor telepon / hotline yang dapat dihubungi dan identitas Lautan Satwa (logo). Kenapa hanya stiker di kaca belakang? Saya tidak mendapatkan alasan secara pasti dari klien. Menurut informasi yang saya dapatkan, kemungkinannya adalah: saat ini Lautan Satwa menangani cukup banyak pelanggan, sementara belum cukup tenaga untuk menangani pelanggan baru. Lha kalau sudah banyak pelanggan kenapa masih promosi? Tujuan promosi bukan untuk menggaet pelanggan baru semata. Saya menilai Lautan Satwa sedang membenahi diri secara intern (mungkin menambah tenaga, memperbaiki fasilitas, menyiapkan sistem, dll) sehingga promosi yang dilakukan mengarah pada pembentukan image.

Saat ini promosi yang dilakukan jadinya tidak gencar. Kebutuhan design kit pun lebih diarahkan untuk membangun corporate identity. Sehingga bentuk yang kami tawarkan adalah kartu Pasien, Kartu Kontrol dan Kartu Nama. Hal ini sesuai dengan prinsip p.i.c. yang menawarkan solusi sesuai masalah atau kebutuhan klien yang spesifik dan berbeda satu dengan lainnya.

“Sesaknya Hidup di Jakarta”, itulah judul yang diturunkan KOMPAS Minggu 24 Oktober 2010. Di rubrik Kehidupan masih ada judul “Berbagi Kemiskinan di Angkutan”. Mungkin itulah potret kehidupan Jakarta saat ini. Laporan KOMPAS ini melengkapi berita-berita di hari sebelumnya yang menyoroti tentang kemacetan di Ibu Kota.

Namanya potret ya tergantung siapa yang mengambil gambar, di mana posisinya, apa kamera yang digunakan, kapan membidiknya, bagaimana situasi saat mengambil gambar, dan lain-lain. Jadinya satu keadaan bisa menghasilkan banyak sekali potret yang berbeda-beda. Sesaknya Jakarta mungkin terlihat jauh lebih dramatis bagi orang yang setiap hari berdesak-desakan di angkutan umum. Tapi tidak cukup jelas bagi orang yang diantar sopir kemana-mana dengan mobil pribadinya.

Bagi saya hidup di Jakarta memang sesak, kemruyuk. Bagi sebagian orang mungkin itu resiko, mungkin tantangan, mungkin keterpaksaan. Tapi setiap orang punya pilihan. Hanya saja pilihannya adalah mau milih macet di mana dan naik apa. Sori kalau sinis.

Kemarin saya diminta meng-interview mahasiswa yang mau magang. Dan inilah hasilnya:

  1. Tidak menyatakan dengan jelas mau magang sebagai apa. Kalo ditanya mau magang apa, jawabannya: apa aja.
  2. Surat lamaran copy paste dari teman / kakak angkatan.
  3. Di alamat tujuan surat tertulis: Kepada Yth. Pimpinan HRD, tapi di bagian isi surat dia bilang “… magang di perusahaan yang Anda pimpin”. Sejak kapan HRD memimpin perusahaan?
  4. Ada yang nulis kepanjangan HRD adalah Human Resource Development.
  5. Antara pas foto dan foto KTP / Kartu Mahasiswa beda. Di pas foto lebih “bening”, terutama cewek.

Tapi biasanya tetap diterima kok. Perusahaan dapat tenaga “sukarela” dan mahasiswa dapat tempat magang buat menyelesaikan kuliah mereka.